![]() |
Satu sisi candi di Komplek Candi Muaro Jambi. Sumber foto : detik travel |
Menguak Pesona Jambi.
Serius, awalnya mendengar provinsi ini, tidak ada yang istimewa. Apalagi sampai terperangah. Di pulau Sumatera, Jambi memang kalah pamor dengan provinsi tetangganya, Sumatera Selatan yang notabene termasyur sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya, kerajaan Budha terbesar di Indonesia. Kekuasaannya membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa dan pesisir Kalimantan. Sementara, di Sumatera Utara ada ikon Danau Toba. Daerah Brastagi juga populer. Kemudian, Sumatera Barat, siapa yang tak kenal dengan rendangnya, destinasi Ngarainya, Bukittinggi, dan Rumah Gadang Minangkabau yang begitu eksotis. Aceh tak kalah eksis dengan Mie Aceh dan kopinya, termasuk pula Gerakan Aceh Merdeka yang sempat meramaikan jagad raya. Dan, Lampung eksis dengan Way Kambas, Pusat Pendidikan Gajah terbesar di Indonesia. Bengkulu, masih terangkat dengan adanya destinasi Rumah Pengasingan Bung Karno.
Lantas Jambi ? hmm jujur, belum nempel di benakku. Selintas tahu, ada obyek wisata sejarah Candi Muaro Jambi. Sekalipun aku dengar tentang Tempoyak (makanan dari olahan durian yang difermentasi), tetapi masih kerap diperdebatkan. Ada yang bilang berasal dari Palembang, ada pula dari Jambi. Memang dua provinsi ini berdampingan, jadi bisa dipahami jika ada friksi tentang dari mana sesuatu itu berasal. Tentang pesona Jambi baru aku ketahui lebih setelah membaca info lomba blog bertema “Apa yang kamu pengen ke Jambi”. Rasa penasaran pun langsung mengulik. Ada apa di Jambi sehingga orang harus ke sana ?
Dunia pariwisata memang sedang gencar digaungkan. Senafas dengan misi blogku untuk mengangkat industri pariwisata di tanah air. Akhirnya di waktu yang rada mepet, aku langsung browshing sebanyak-banyaknya tentang Jambi. Hasratku makin mendahaga ketika mengetahui kalau pertumbuhan ekonomi Jambi sebesar 7,84 persen (data September 2013) itu masuk dalam peringkat lima besar daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia. Weleh makmur juga ya daerah ini.
Sektor properti, infrastruktur, mendominasi sebagai penyumbang tingkat pertumbuhan ekonomi Jambi disamping bisnis kelapa sawit, karet dan pertambangan batubara. Industri perhotelan di Jambi juga tengah beriak, ditandai masuknya brand-brand hotel internasional seperti Aston, Swissbelhotel dan Accor. Aston Jambi, berbintang empat soft launching pada medio November 2013. Menyusul kemudian Swis belhotel dan Accor dengan salah satu brand-nya. Wah kalau brand-brand hotel internasional sudah berani investasi, sepertinya kue bisnis di Jambi terendus legit.
Memang, Jambi beberapa kali terpilih menjadi tuan rumah sejumlah acara berkaliber nasional, salah satunya Jambore Siaran Nasional (Jamsinas) pada April 2013 yang dihadiri ratusan peserta. Tahun 2014, Jambi kebagian menjadi tuan rumah penyelenggaraan Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) ke-5. Event dua tahunan ini merupakan wahana kompetisi para santri dalam membaca, memahami, dan menjelaskan kandungan kitab kuning (al-kutub al-turats) sebagai tradisi keilmuan pada pondok pesantren di Indonesia. Makin banyak acara, hotel juga makin semringah, okupansinya sehat.
Terlebih, Bandara Sultan Thaha tengah direnovasi untuk meningkatkan grade menjadi bandara internasional, dengan kapasitas terminal menampung sebanyak dua juta penumpang per tahun. Bandara ini nantinya akan disinergiskan dengan Kebon Binatang yang berlokasi di dekat bandara. Hmm.. bakal menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkolaborasi erat dengan kebon binatang. Seru juga.
“Harta Karun” Itu..
Sampai pada suatu artikel aku baca, bahwa Jambi menyimpan kejayaan besar masa lalu yang turut memberikan andil besar bagi kehidupan masyarakat Indonesia dan dunia. Menurut Arkeolog dari dalam dan luar negeri, jika penelitian benar-benar terbukti, akan mengubah peta sejarah yang selama ini menyatakan Palembang sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya dan menguatkan tentang jejak sejarah negeri Atlantis yang hilang ditelan bumi. Wuiih..jadi alasan kuat nih “pengen banget” ke Jambi. Simak yuk, apa sih ‘harta karun’ yang terpendam di provinsi yang terletak di pesisir timur Sumatera bagian tengah itu. Harta karun yang bakal menjadikan Jambi, destinasi wisata tersohor. Asalkan betul-betul dirawat dan dipromosikan.
1. Candi Muaro Jambi
![]() |
Situs Candi Muaro Jambi berpotensi menjadi destinasi unggulan di Indonesia. Foto : Detik Travel |
Menurut Arkeolog, dahulu para penganut Budha dari berbagai negeri menemba ilmu di candi ini, sebelum melanjutkan pendidikan ke India. Faktanya, ditemukan sejumlah artefak diantaranya Arca Prajnaparamita, reruntuhan stupa, dan arca gajah Singh yang merupakan simbol ajaran Budha. Selain itu ditemukan pula sebanyak 9 candi yang kini telah dipugar menunjukkan jejak-jejak pusat peribadatan Budha yaitu Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano. Tak hanya itu, ditemukan juga jejak sistem drainase dan bercocok tanam di area Muaro Jambi.
Dari berbagai penemuan menunjukkan, Candi Muaro Jambi merupakan sebuah kawasan peradaban yang terpadu. Didukung dari lokasi di tepian Sungai Batanghari yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera (kurang lebih 1.740 km) dengan lebar sungai antara 200-650 meter. Di sinilah denyut nadi kehidupan masyarakat Jambi sejak dulu hingga kini bergetar.
Hasil penelitian dari Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia Professor Agus Aris Munandar belum lama ini pun turut mencengangkan publik. Ia menyebutkan Kerajaan Sriwijaya diduga kuat berada di kawasan Muaro Jambi, sebelum Kerajaan Majapahit berdiri di Mojokerto, Jawa Timur. “Kami menemukan sisa-sisa peninggalan Kerajaan Sriwijaya serta petirtaan Budha berupa sumur di Situs Kedaton, Kawasan Cagar Budaya Muaro Jambi,” kata Agus seperti dikutip Antara pada Jum’at (12/7/2013).
Penelitian tersebut dilakukan dalam rangka kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang diikuti oleh 43 mahasiswa dan 5 dosen pembimbing pada 16-18 Juni 2013. Metode yang dipakai adalah ekskavasi, bertujuan untuk menemukan kembali sisa-sisa kegiatan manusia pada masa lalu dengan cara penggalian. Proses ekskavasi dilakukan di 14 kotak gali di Situs Kedaton, Kawasan Cagar Budaya Muara Jambi (Muaro Jambi). Kawasan tersebut berada sekitar 20 kilometer dari Kota Jambi, atau 30 kilometer dari Ibu Kota Kabupaten Muaro Jambi. Di sana, menurut Agus masih banyak sumber harta karun kejayaan Jambi yang belum tersingkap tuntas.
Bukti Candi Muaro Jambi adalah pusat Kerajaan Sriwijaya, seperti diungkap Agus, karena arca-arca peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Palembang justru banyak bertuliskan ancaman-ancaman. Umumnya tulisan yang berisi ancaman itu mengindikasikan daerah taklukan. Sehingga sejumlah arkeolog menyimpulkan sementara, bahwa Palembang merupakan kota yang ditaklukkan oleh Sriwijaya bukan pusat Kerajaan Sriwijaya. Tetapi bukan tidak mungkin juga, dalam perjalanan eksistensi Kerajaan Sriwijaya di Nusantara, terjadi perpindahan ibu kota, dari Jambi ke Palembang. Masih perlu penelitiaan yang menguatkan asumsi tersebut.
Namun setidaknya, penemuan sejumlah arkeolog ini membuat publik jadi tahu bahkan lebih mengenal lagi tentang misteri Candi Muaro Jambi yang tahun 2011 telah dicanangkan oleh Bapak Presiden SBY sebagai kawasan wisata terpadu. Penelitian terhadap Kompleks Candi Muaro Jambi sendiri baru menjadi perhatian pemerintah Indonesia sejak tahun 1976, dari pertama kali ditemukan oleh Letnan Inggris bernama S.C Crooke yang melakukan misi pemetaan daerah aliran sungai untuk kepentingan militer. Kini situs Candi Muaro Jambi telah terindikasi memiliki sedikitnya 110 bangunan candi peninggalan Kerajaan Melayu hingga Kerajaan Sriwijaya yang bercorak Melayu-Budhis.
Tahun 2009, situs ini pernah didaftarkan ke Situs Warisan Dunia-UNESCO. Tetapi karena alasan teknis dan banyak faktor sehingga masih ditangguhkan penetapannya sebagai salah satu Situs Warisan Dunia. Wah banyak PR juga ya untuk menjadikan situs Candi Muaro Jambi ini mendunia.
2. Jejak Atlantis di Tepian Sungai Batanghari
![]() |
Sunset di Sungai Batanghari. Sumber foto : gayahidup.plasa |
Sebagai nadi kehidupan warga Jambi, Sungai Batanghari ternyata juga mengungkap potongan sejarah dunia yaitu tentang negeri Atlantis yang hilang. Beberapa tahun lalu, dunia digemparkan oleh hasil penemuan Arkeolog Brazil Professor Arsyo Santos. Dalam penelitian yang dilakukan selama 30 tahun itu disimpulkan bahwa benua Atlantis yang hilang sekitar 11.600 tahun lalu akibat gempa bumi dahsyat dan letusan Krakatau hebat tersebut adalah Indonesia.
Santos membukukan penelitiannya dalam bukunya berjudul The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato’s Lost Civilization yang diterbitkan pertama kali pada 10 Agustus 2005, langsung ludes terjual. Ia membuktikan berdasarkan 33 perbandingan, diantaranya luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung merapi, cara bercocok tanam, seni dan sebagainya. Dikuatkan pula dengan pendapat hampir semua Arkeolog yang sepakat bahwa pada zaman peradaban dahulu, pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Singapura juga Malaysia bagian barat dan Selat Sunda menyatu daratannya sehingga disebut Sunda Island. Kemudian Sunda Island tercerai berai karena bencana. Sunda Island itu pun digadang-gadang menjadi salah satu rangkaian dari benua yang tenggelam tersebut.
Dan salah satu jejak Atlantis mulai terkuak ketika ditemukan fosil purba berupa formasi batu-batu megalith dan fosil hewan di tepi Sungai Batanghari. Sedangkan fosil tumbuhan-tumbuhan purba berusia 350 juta tahun ditemukan di Kabupaten Merangin, masih dalam satu area dengan Sungai Batanghari. Ini pernah diungkap oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, Didy Wurjanto dalam sebuah konferensi pers di Kantor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) (10/9/2012).
Jambi, menurut Didy, waktu itu masih berupa kawasan gunung berapi purba yang meletus sampai 7 kali sehingga mengawetkan fosil. Uniknya, tumbuhan purba berjenis Taeniopteris sp dan Lepidodendron sp yang menjadi makanan Dinosaurus ini tidak ditemukan di provinsi sekitar Jambi seperti Lampung atau Riau. Tetapi fosil sejenis itu malah ditemukan di Indocina. Maka dari itu, kata Didy, sejumlah ahli geologi menyimpulkan, Jambi merupakan potongan Indochina. Hal ini juga dibuktikan lewat temuan fosil kerang laut di batu-batu pinggiran Sungai Batanghari. Fosil kerang laut mengindikasikan bahwa ratusan juta tahun yang lalu, Jambi pernah berada di bawah permukaan laut.
Kini, geopark "Atlantis yang hilang" di Kabupaten Merangin dan situs peradaban manusia Candi Muaro Jambi menjadi salah satu objek wisata unggulan Jambi. Kendati kondisi Sungai Batanghari belumlah sepenuhnya dikelola menjadi obyek wisata seperti Bali, namun setidaknya dunia mulai menengok ke Jambi.
Tanggo Rajo di Sungai Batanghari menjadi pusat kuliner dan hang out warga Jambi. Foto : objektempatwisata |
Berbagai festival kerap digelar di tepian Sungai Batanghari, diantaranya Festival Candi Muaro Jambi, Festival Sungai Batanghari, Kejuaraan Nasional Arum Jerang Merangin, dan sebagainya sebagai upaya mempromosikan situs ini. Bahkan begitu berita misteri Candi Muaro Jambi mulai tersingkap, langsung menggugah hasrat salah satu operator tur pariwisata dari Prancis untuk membuat paket tur bagi wisatawan Eropa. Paket tur Candi Muaro Jambi ini akan dimulai pada awal tahun 2014. Ini dikatakan Didy yang menerima kunjungan CEO tur Jean-Pau Chantraine saat survey ke candi. Targetnya setidaknya bisa menarik sebanyak dua persen dari 8.000 wisatawan Eropa ke Indonesia. Jadi, start-nya bisa dimulai dari Bali, karena mereka memiliki kantor perwakilan di Bali.
Dua “harta karun” itu yang membuat aku ingin ke Jambi. Melihat langsung bagaimana Candi Muaro Jambi dan Sungai Batanghari. Kabarnya juga, obyek wisata Jambi lainnya tak kalah menarik, seperti Taman Mini Jambi yang berdekatan dengan Bandara Sultan Thaha. Di taman seluas 18 hektar tersebut, kita bisa melihat berbagai macam anjungan rumah adat se-Kabupaten/kota di provinsi Jambi. Danau Sipin, dan kawasan kuliner khas Jambi di Tanggo Rajo yang terletak di pinggiran Sungai Batanghari. Kerajinan Jambi juga penuh pesona, seperti batik kayu, batik Jambi, dan kerajinan tempurung kelapa. Jangan lupa mencicipi tempoyak ala Jambi dan gulai tepe ikan gabus.
Aku hanya berharap semoga aja Jambi bisa terkenal dan membanggakan negeri ini. Apresiasi tinggi khusus dihaturkan ke Mba Mira Lesmana yang memproduseri Film Sokola Rimba yang diangkat dari pengalaman Butet Manurung yang mendedikasikan dirinya sebagai guru anak rimba di pedalaman Jambi. Semoga melalui film, Jambi makin terangkat. Yuk wisata ke Jambi ! Temukan petualanganmu di sana !
Aku hanya berharap semoga aja Jambi bisa terkenal dan membanggakan negeri ini. Apresiasi tinggi khusus dihaturkan ke Mba Mira Lesmana yang memproduseri Film Sokola Rimba yang diangkat dari pengalaman Butet Manurung yang mendedikasikan dirinya sebagai guru anak rimba di pedalaman Jambi. Semoga melalui film, Jambi makin terangkat. Yuk wisata ke Jambi ! Temukan petualanganmu di sana !
Postingan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog www.pipetmagz.com
No comments:
Post a Comment