Pages

Tuesday, December 30, 2014

Hotel Amaris Memulas yang Ekonomis jadi ‘Berkelas’



Sejak diluncurkan tahun 2007, hotel Amaris memang  manis memikat hati segmennya : ekonomis di kantong, berkelas di layanan. Tamu yang menginap pun tidak berasa turun kelas.

Jangan abaikan selera tamu. Begitulah yang ingin disampaikan hotel besutan grup Santika ini. Meski konsepnya bed and breakfast, Amaris  pantang irit soal pulas memulas selera. Inilah yang membuat Amaris makin eksis di tengah kompetisi hotel bujet yang lumayan rapat lima tahun belakangan ini.

Soal harga, tidak sedikit yang menilai, Amaris lebih mahal di kelasnya. Tetapi jika melihat dari layanan dan fasilitas yang ditawarkan, rasa mahalnya menjadi hilang. Bahkan, lebih ekonomis di kantong. Makanya, Amaris sedari awal,  lebih suka disebut smart hotel dibanding budget hotel yang terkesan berhitung fasilitas karena menyesuaikan harga. Harga bagi hotel bujet adalah menu. Mau nyaman, tinggal pilih saja menunnya,  harga mengikuti. Sedangkan Amaris, tarif sekitar Rp 400 ribuan, tamu tak perlu bayar lagi untuk kenyamanan.
Smart location, smart service, dan smart employees, itulah konsep yang terus dibranding dan menjadi acuan dalam setiap pengoperasian Amaris.

Amaris menciptakan trend segmen smart adalah orang-orang yang cermat dan rasional memperhitungkan tujuan menginap. Mereka juga kritis terhadap layanan, namun ingin tetap praktis alias tidak mau dipusingkan dengan hal-hal ribet yang bisa membuang waktunya. Dan, masalah kenyamanan tetap nomor satu.

Itulah mengapa kamar hotel Amaris dibuat lebih luas (14 m2) dibanding hotel sejenisnya. Interornya juga didesain bergaya chic dengan aneka warna yang memancarkan energi dinamis nan elegan. Akses internet nirkabel gratis diakses seluruh tamu baik di area publik maupun kamar. Di setiap kamar, dilengkapi juga dengan save deposit box, TV LED dan meja kerja simple.   Bagi yang ingin kongkow dengan kolega, bisa duduk-duduk santai  di kafe.

Khusus pebisnis yang ingin menggelar pertemuan kecil, tidak perlu repot, sudah disediakan ruang pertemuan. Tidak banyak, tetapi cukuplah untuk meeting kecil berkapasitas sekitar 30-an orang. Bahkan di sejumlah properti Amaris yang berlokasi di daerah wisata, dapat menikmati kolam renang. Area parkirnya pun cukup luas dan gratis untuk para tamu.

Dengan fasilitas tersebut,  siapa saja yang menginap, baik kalangan pebisnis maupun single traveller dan family tidak lagi galau kelas. Sejumlah perusahaan multinasional pun kini sudah terang-terangan menginapkan karyawan di kalangan top management-nya di Amaris untuk tujuan bisnis. Meski untuk kalangan tertentu seperti CEO masih sungkan diinapkan di bawah hotel bintang lima.

Tetapi tidak tahu juga ke depannya. Bisa jadi semangat penghematan yang ditiup di kalangan pemerintahan Jokowi merembes  ke korporat. Mereka jadi berbondong-bondong menginap di hotel bujet. Siapa tahu.
 Wakil Ketua PHRI, Haryadi Sukamdani pun memprediksi  ceruk bisnis hotel bintang lima di tahun 2015 akan terseleksi alam dan hidup merapat di kota-kota besar. Selebihnya, hotel bujet mendominasi di segala lini baik di pusat kota, daerah wisata, kawasan bisnis dan perdagangan.

44 hotel dalam 7 tahun di 23 Daerah

Hotel Amaris di Pasar Baru-Jakarta menjadi hotel ke-44 dan sekaligus mengkhatamkan pembangunan hotel Amaris di penghujung tahun 2014. Sebuah pencapaian yang lumayan agresif. Amaris berkembang pesat di sejumlah wilayah yang berkategori sedang berkembang baik dalam bisnis maupun pariwisata..

Ke-44 hotel itu sudah termasuk yang beroperasi di Singapura pada medio 2013. Sebagai hotel chain lokal, langkah berani Grahawita Santika mendebutkan Amaris di pasar ASEAN patut diacungi jempol.

Menempati lokasi strategis dan merupakan pusat perbelanjaan terkemuka di Bugis Junction, Amaris Bugis-Singapura terbukti mampu menorehkan prestasi. Okupansi rata-rata yang dicapai bikin investor lega yaitu 70-80 persen per bulannya. Tidak berbeda jauh dengan pencapaian Amaris di Indonesia. Di bulan November 2014, menurut Hinggi Safaranti, Corporate Assistant Marketing Communication Manager Santika Indonesia Hotels & Resort, okupansi Amaris Bugis berada di angka 77 %. Angka tersebut diprediksi naik di bulan Desember. Mengingat peak season perayaan natal dan tahun baru.

Untuk tarif per malam yang ditawarkan hotel dengan 38 kamar itu juga lumayan kompetitif yaitu sebesar 130 dollar atau Rp 1,5 juta jika dikurskan ke rupiah saat ini (Rp 12.000/dolarnya). Ini setara dengan tarif hotel bintang tiga di Singapura. Meski begitu, tak mengurangi antusias tamu yang menginap di sana. Amaris bisa diadu kualitas dengan hotel kakap di Singapura. 



Namun begitu, kata Hinggi, di tahun 2015, belum ada rencana untuk kembali memelarkan Amaris di pasar ASEAN. Banyak pertimbangan yang harus dikaji lebih dalam dan cermat terutama soal tingginya investasi dan proses perijinan. Dan lagi, jika melihat tren ke depan, angin bisnis hotel di Indonesia lumayan bertiup kuat. Incarannya tamu domestik yang makin empuk digarap. Di samping itu kegairahan Kementerian Pariwisata menggenjot target 20 juta wisatawan dan menyosong Masyarakat Ekonomi ASEAN, bisnis hotel secara keseluruhan makin semringah.

Untuk itu, Guido Andriano, Corporate Director Marketing Santika Indonesia Hotels & Resort, makin cermat  memilih lokasi pengoperasian Amaris. Meski Amaris  masuk dalam gerbong Santika, artinya jika Santika beroperasi, tak lama kemudian Amaris berdiri, namun tetap harus lebih jeli menganalisa prospek pertumbuhan bisnis dan pariwisata di suatu wilayah. Setidaknya dalam kurun waktu 5 -10 tahun ke depan, daerah tersebut harus menunjukkan perkembangan yang progresif.

Selama ini okupansi Amaris yang terbesar, rata-rata masih disumbang dari daerah yang notabene relatif mapan dalam pertumbuhan ekonominya, seperti Jakarta, Bandung, Bogor, Bekasi, Surabaya, Jogja, Semarang, Samarinda, Gorontalo, Ambon, dan Palangkaraya.

Guido mengakui, sejumlah daerah memang terdapati dalam keadaan jenuh hotel. Diantaranya Bali, Bandung, Surabaya dan Medan. Kondisi ini, menurut Guido menjadi lampu kuning, yang harus disikapi ekstra sekaligus lebih kreatif lagi mempertahankan loyalitas tamu.


Penentuan segmennya pun lebih tajam dibidik yang disesuaikan dengan karakter wilayah. Misal, segmen tamu transit, tamu bisnis, tamu leasure, atau keduanya bisnis dan leasure. Saking fokusnya menembak sasaran, Guido mengaku tak segan  menolak calon investor yang ingin bekerja sama. Tak semua wilayah yang strategis dan baik pertumbuhannya, lantas serta merta Amaris bisa berdiri. Harus diperhitungkan juga aspek kompetisi atau supply hotel di area tersebut. Ini  untuk menghindari terjadinya oversuplay.

Makanya, tak heran, kepiawaian Amaris meracik formula smart hotel berbujet ekonomis ini  makin menguatkan citra Amaris sebagai trendsetter perkembangan hotel bujet di Indonesia. Ini belum soal layanan dan berbagai program menarik untuk memelihara loyalitas tamu.

Hinggi menyebut salah satunya program Santika Important Person. Sebagai bagian grup Santika, Amaris membangun sinergisitas yang menguntungkan tamu. Tamu yang berstatus menjadi member, selain diberikan diskon khusus menginap berkesempatan pula menginap gratis di hotel  di seluruh jaringan hotel Santika di Indonesia. Syaratnya, jika sudah memiliki poin dalam jumlah tertentu.

Tahun 2015, jika tidak ada aral melintang, secara keseluruhan sebanyak 20 hotel besutan PT Grahawisata Santika siap nangkring. Amaris mengambil porsi terbanyak diantara brand Santika dan Santika Premiere.

Untuk lokasi, Amaris akan berekspansi di Kupang, Bengkulu dan Madiun. Meski begitu, tetap memperkuat pangsa pasar yang sudah populer seperti Bali, Makassar dan Tangerang. Khusus di Makassar, dipastikan Amaris akan membuka dua unit hotel yaitu Amaris Hotel Hertrasning-Makassar dan Amaris Hotel Petarani-Makassar.

Tulisan ini juga dimuat di Majalah Venue, edisi Januari 2015

No comments:

Post a Comment